KLIKSUMSEL, OKI - Di tengah tantangan keberlangsungan hidup gajah Sumatera, langkah-langkah konservasi di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Padang Sugihan menjadi terang dalam ancaman kepunahan habitat mamalia besar tersebut.
Dari pemeriksaan kesehatan rutin hingga program pemulihan habitat, merupakan tindakan berharga dalam memastikan masa depan yang cerah bagi spesies ini.
Dua tahun terakhir, Drh. Wahyu Tri Utomo diminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel merawat puluhan gajah di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Jalur 21 Suaka Margasatwa (SM) Padang Sugihan, Sumsel. Dokter hewan dari Dinas Perkebunan dan Peternakan kabupaten OKI ini diminta keahliannya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, pemberian suplemen, vitamin dan obat-obatan.
Merawat Gajah Layaknya Manusia
Layaknya manusia, mamalia besar ini juga perlu diperhatikan kesehatannya melalui pemeriksaan rutin.
"Tugas saya melakukan tindakan medis, mulai dari perawatan, pengobatan, hingga pencegahan penyakit, terhadap gajah jinak di sana," ujar Wahyu melalui sambungan Telpon, Rabu, (8/5).
"Intinya, memastikan bahwa gajah-gajah di Padang Sugihan ini dalam keadaan sehat dan sejahtera. Namun, jika ada gajah liar yang sakit, bersama-sama Tim BKSDA juga ikut membantu mengobati," imbuhnya.
Menurut Wahyu, merawat gajah bukan perkara mudah. Apalagi mendiagnosis penyakit pada gajah tidak semudah mendiagnosis penyakit pada hewan lainnya. Pada gajah, gejala baru akan muncul saat kondisi sudah parah.
"Tubuhnya lemah, jalannya lunglai, mata sayu, nafsu makan berkurang. Tidak hanya itu, jumlah kotoran berkurang dari biasanya. Kadang juga diare. Pemeriksaan kesehatan harus rutin dan segera dilakukan," urai Wahyu.